
SAKSI BISU
(mengenang Paul Putra dan Muhammad Ali Said
di sini
di gedung ini
terpancar mata air inspirasi
terajut manik manik kreativitas
terlahir karya karya seni
yang menggoreskan namamu
untuk dikenang
untuk diabadikan
sebagai balas jasa
atas sumbangsih indah
demi memartabatkan
Enggang Gadingmu
di negeri orang
di sini
di gedung ini
liukan indah seni
mekar kelopak budaya
akan terus menggeliat
akan selalu bersemi
menjalin anyaman peradaban
bagi harmoni kehidupan
bagi lestari kedamaian
di sini
gedung ini
saksi bisu
bagi segala riak getar seni
bagi segenap gegap gempita budaya
di hamparan bumi khatulistiwa
(taman budaya kalbar, 03062009)
LANJUT BEB..
di sini
di gedung ini
terpancar mata air inspirasi
terajut manik manik kreativitas
terlahir karya karya seni
yang menggoreskan namamu
untuk dikenang
untuk diabadikan
sebagai balas jasa
atas sumbangsih indah
demi memartabatkan
Enggang Gadingmu
di negeri orang
di sini
di gedung ini
liukan indah seni
mekar kelopak budaya
akan terus menggeliat
akan selalu bersemi
menjalin anyaman peradaban
bagi harmoni kehidupan
bagi lestari kedamaian
di sini
gedung ini
saksi bisu
bagi segala riak getar seni
bagi segenap gegap gempita budaya
di hamparan bumi khatulistiwa
(taman budaya kalbar, 03062009)
Mendung Ae’ Kapuas
in memoriam Paul Putra Frederick
I
kapuas menggumpal mendung
biaskan kelam di alir sungai kenangan
kabarkan berita duka di jumat mulia
dua dua lima dua ribu sembilan
telah berpulang menghadapnya
sang papa, sang opa, sang suami,
sang saudara, sang sahabat tercinta
II
takkan pernah terlupa
terngiang alun nada sang putra
lambang cinta dan bangga kampong halaman
“sampan laju dari hilir sampai ke hulu”
begitu alun nada di petik gitarmu
bagaikan satu pertanda
saat kuterima kabar duka
engkau pergi untuk selamanya
III
terbayang terlintas sosokmu
engkau tegas dan bulat dalam tekad
satu kata dalam perbuatan
engkau sahabat yang murah hati
takkan diam bila teman berduka
tak pernah cela meluncur dari ucapmu
engkau sungaiku mengadu
saat risau dan gundah melanda
IV
“Sungai Kapuas punye cerite
Bile kite minom ae’nye
Biarpon pegi jaoh ke mane
Sunggoh susah na’ ngelupa’kannye”
sahabat,
sampanmu melaju menuju muara kehidupan
kini engkau telah merapat ke samuderanya
ae’ kapuasmu tinggalkan cerita
memang sungguh susah melupakannya
selamat jalan
innalillahi wainna ilaihi raaji’uun
(pontianak,24052009) LANJUT BEB..
I
kapuas menggumpal mendung
biaskan kelam di alir sungai kenangan
kabarkan berita duka di jumat mulia
dua dua lima dua ribu sembilan
telah berpulang menghadapnya
sang papa, sang opa, sang suami,
sang saudara, sang sahabat tercinta
II
takkan pernah terlupa
terngiang alun nada sang putra
lambang cinta dan bangga kampong halaman
“sampan laju dari hilir sampai ke hulu”
begitu alun nada di petik gitarmu
bagaikan satu pertanda
saat kuterima kabar duka
engkau pergi untuk selamanya
III
terbayang terlintas sosokmu
engkau tegas dan bulat dalam tekad
satu kata dalam perbuatan
engkau sahabat yang murah hati
takkan diam bila teman berduka
tak pernah cela meluncur dari ucapmu
engkau sungaiku mengadu
saat risau dan gundah melanda
IV
“Sungai Kapuas punye cerite
Bile kite minom ae’nye
Biarpon pegi jaoh ke mane
Sunggoh susah na’ ngelupa’kannye”
sahabat,
sampanmu melaju menuju muara kehidupan
kini engkau telah merapat ke samuderanya
ae’ kapuasmu tinggalkan cerita
memang sungguh susah melupakannya
selamat jalan
innalillahi wainna ilaihi raaji’uun
(pontianak,24052009) LANJUT BEB..
Menafsir Cahaya
ada segurat kesenduan
di celah bias-bias cahaya bulan
menerawang tapak tapak langkah
merangkai larik tanya:
di mana akhirnya?
kesenduan
kesenduan
semakin redup
di relung dedaunan
ingin menafsir cahaya
ketika bias menipis
cahaya adalah cahaya
yang menghias rona angkasa
meredam rasa
memendam cita
di mana akhir?
teruslah menapak
menapak
hingga bias terkikis
hingga tanya terjawab
modjo, 23052009 LANJUT BEB..
di celah bias-bias cahaya bulan
menerawang tapak tapak langkah
merangkai larik tanya:
di mana akhirnya?
kesenduan
kesenduan
semakin redup
di relung dedaunan
ingin menafsir cahaya
ketika bias menipis
cahaya adalah cahaya
yang menghias rona angkasa
meredam rasa
memendam cita
di mana akhir?
teruslah menapak
menapak
hingga bias terkikis
hingga tanya terjawab
modjo, 23052009 LANJUT BEB..
Langganan:
Postingan (Atom)
E
D
O
Copyright @ 2009
Edo Pradana Prasitha.
All Right Reserved
D
O
Copyright @ 2009
Edo Pradana Prasitha.
All Right Reserved