Situs ini untuk menyimpan semua karya dan apa saja yang mengisi lembaran hidupku yang MENGALUN, MERIAK, dan MENGALIR bagai AIR. Mari kita saling berbagi demi pemajuan peradaban di muka bumi. Mungkin kita tak bisa mengubah apa-apa, tapi setidaknya kita sudah BERBUAT dan BERKARYA walau hanya SETITIK DEBU DI HAMPAR GURUN atau cuma SEBUIH AIR DI LUAS SAMUDERA!

PEREMPUANKU, KEKASIHKU

ke mana arah?
perahu mengalun tinggalkan pantai
lambai tangan kekasih terlihat samar
hantar camar camar mengiring langkah

ombak di buritan
angin di kepala
tujukan perahu ke pulaumu

ah, kekasih
semakin jauh ditinggalkan
tiada lagi gerai rambutmu
tiada lagi bayang dirimu
bibir pantai tlah jatuh di lengkung ombak
pulaumu tlah sampai di pelupuk mata

ke mana arah?
masihkah kau di seberang?
aku ingin pulang
tapi bulan menghalang pandang

tepian kapuas, 22/4/93
(02.48 wib) LANJUT BEB..

ZIARAH MERAH PUTIH

buat Chairil Anwar

I
Kerap april menusuk sukma
mengajak gerak mengepak sayap
menyentak gejolak semangat tersendat
kemasi puisi menuntas bias

Tiap april menjelang
kenangan makin membayang
terpampang terpancang
mendekat pekat melekat rapat
mengajak gerak mengepak sayap
menyentak gejolak semangat tersendat
menuntas bias kemasi puisi

II
Sesosok jiwa muda
dalam diam mencoba
badaikan riak getar seni
meretak adat mendobrak tradisi

Kaulah Chairil Anwar
warisan tanah luas terhampar
Kaulah Chairil Anwar
warisan negeri yang sedang mekar

Karna penjajah semakin liar
arus penamu tak pernah gentar
tarikan hati nurani
nilaikan bait-bait puisi
simpatikan genderang perang
rangsangkan di dada-jiwa pejuang

III
Chairil Anwar
warna langit mendadak kelam
lambangkan hati penuh duka
kala kau terbaring menanti sang maut

Seminggu kau menunggu
di kasur putih mengharu biru
sesak napasmu lemah tubuhmu
namun padaNya tak lupa engkau

Sore setengah tiga
empat sembilan dua delapan april
kau hembuskan napas terakhir
--matahari bergulir--
tinggalkan fana
tinggalkan dunia
tinggalkan karya tujuh tahun
innalillahi wainna ilaihi rojiun

IV
Chairil Anwar
kau mati muda
dua tujuh ketika itu
tapi janji tak bisa ditawar
meski katamu:
"Aku mau hidup seribu tahun lagi!"

V
Di Karet kau terbaring sepi sendiri
tapi kaupunya jiwa tetap membara
; kau yang pertama
mendobrak tradisi
berkata menurut rasa
di dadamu menyala bara api
di penamu mengalir sajak-sajak
menyalak
menghentak
meski kadang manis romantis

Chairil Anwar
di sini aku berdiri
alirkan riak seni lewat puisi
seperti di jiwamu terpatri:
"Sekali berarti sudah itu mati!"

Pontianak, 8 April 1993 LANJUT BEB..
E
D
O
Copyright @ 2009
Edo Pradana Prasitha.
All Right Reserved