lelah lunglai langkah
tapaki tebing terjal
susuri sungai sunyi
lalui lembah lengang
hayati hutan hening
.........................
haluan hilang
jejak jejak jengah
Aku tersesat!
gunung gede, 15/2/93
LANJUT BEB..
KITA TELAH BERDUSTA
Temaram senja tepis cakrawala
dihias lengkung teja jingga
tandakan sapaan kerentaan tiba
Kita
adalah dunia
merana dalam lelap usia
melupa takdir kodrati
nikmat anugerah Ilahi
Kita
adalah angkasa
merangkul jelaga jelaga
tebarkan bau bau kematian
lupakan hari hari hakiki
lelap mendekap langkah sepi
Kita
telah berdusta
berjalan dengan mata buta
gunung gede, 15/2/93 LANJUT BEB..
dihias lengkung teja jingga
tandakan sapaan kerentaan tiba
Kita
adalah dunia
merana dalam lelap usia
melupa takdir kodrati
nikmat anugerah Ilahi
Kita
adalah angkasa
merangkul jelaga jelaga
tebarkan bau bau kematian
lupakan hari hari hakiki
lelap mendekap langkah sepi
Kita
telah berdusta
berjalan dengan mata buta
gunung gede, 15/2/93 LANJUT BEB..
KERONTANG
Kerontang jiwa menawarkan kerinduan
kepiluan
kepedihan
jiwa kerontang tawarkan duka
Kerontang membentang
melepas napsu
melecut denyut
nadi
mati
perjalanan panjang mengabur
mengubur langkah
menghibur desah
menghablur dosa
jiwa kerontang
(angin lembah gundah, saput keriput rumput
kering mengering
melekang kerontang
jiwa jiwa
melenggang goyang
menabur menggugur
daun daun dosa)
Kerontang jiwa menawarkan kerinduan
menawarkan kepiluan
menawarkan kepedihan
menawarkan duka dosa
(aku ingin pulang)
gunung gede, 15/2/93 LANJUT BEB..
kepiluan
kepedihan
jiwa kerontang tawarkan duka
Kerontang membentang
melepas napsu
melecut denyut
nadi
mati
perjalanan panjang mengabur
mengubur langkah
menghibur desah
menghablur dosa
jiwa kerontang
(angin lembah gundah, saput keriput rumput
kering mengering
melekang kerontang
jiwa jiwa
melenggang goyang
menabur menggugur
daun daun dosa)
Kerontang jiwa menawarkan kerinduan
menawarkan kepiluan
menawarkan kepedihan
menawarkan duka dosa
(aku ingin pulang)
gunung gede, 15/2/93 LANJUT BEB..
DI BENING AIR KALI
Punggung lembah
biaskan air kali
tampakkan kerikil kerikil putih
tampakkan wajah penuh luka
penuh duka
penuh dosa
Tebing lembah
biaskan gundah
lewat dinding tanah merah
lewat retak genangan hujan
merekah tumpah
membuncah resah
resah kedukaan
resah kematian
kematian panjang
dalam napas meregang
gunung gede, 15/2/93 LANJUT BEB..
biaskan air kali
tampakkan kerikil kerikil putih
tampakkan wajah penuh luka
penuh duka
penuh dosa
Tebing lembah
biaskan gundah
lewat dinding tanah merah
lewat retak genangan hujan
merekah tumpah
membuncah resah
resah kedukaan
resah kematian
kematian panjang
dalam napas meregang
gunung gede, 15/2/93 LANJUT BEB..
Sang Khalifah
Fajar telah meninggalkan ufuk merah
perlahan mendekap pagi cerah
embunpun memeluk Beting indah
mengecup Kapuas penuh gairah
Bandong melancar tiada lelah
melempar senyum ramah tamah
ucapkan salam pada Istana megah
ucapkan tahniah pada Sultanul Qadriyah
yang telah dirikan Lanting buat rumah
yang telah sebarkan Silok buat nafkah
pujikan syukur kepada Allah
yang telah lahirkan Khalifah penuh rahmah
yang telah hamparkan negeri penuh berkah
Ya Allah
Engkaulah Khalik Maha Pemurah
Engkau taburkan rizki melimpah ruah
Subhanallah
Alhamdulillah
Wahai, Khalifah
Engkaulah pemimpin penuh hidayah
Hutan belantara dirambah
Pontianak pun menjerit enyah;
hingga hidup tak berpindah pindah
hingga tanah menghasilkan nafkah
hingga rakyat tak lagi gundah
Duhai, Khalifah
Kapuas kini memamah sampah
Landak pun tertimbun tanah
Hutanmu semua rebah
Gambutmu berubah wajah
Airmu kering timbul gelisah
Silokmu telah berumah
Warisanmu telah berpindah
Rupiah hanya sekadar singgah
Ampun, Khalifah
zaman telah berubah
bila semua menyebar wabah
jangan kami engkau sumpah
sebab kami terus berbenah
barau barau tercacak gagah
menderas parit menguras sampah
Lanting pun telah berubah
Beting semakin indah
Tugu pun semakin megah
mengundang jiran, meraup rupiah
(Jembatan Kapuas, 93/ 97) LANJUT BEB..
perlahan mendekap pagi cerah
embunpun memeluk Beting indah
mengecup Kapuas penuh gairah
Bandong melancar tiada lelah
melempar senyum ramah tamah
ucapkan salam pada Istana megah
ucapkan tahniah pada Sultanul Qadriyah
yang telah dirikan Lanting buat rumah
yang telah sebarkan Silok buat nafkah
pujikan syukur kepada Allah
yang telah lahirkan Khalifah penuh rahmah
yang telah hamparkan negeri penuh berkah
Ya Allah
Engkaulah Khalik Maha Pemurah
Engkau taburkan rizki melimpah ruah
Subhanallah
Alhamdulillah
Wahai, Khalifah
Engkaulah pemimpin penuh hidayah
Hutan belantara dirambah
Pontianak pun menjerit enyah;
hingga hidup tak berpindah pindah
hingga tanah menghasilkan nafkah
hingga rakyat tak lagi gundah
Duhai, Khalifah
Kapuas kini memamah sampah
Landak pun tertimbun tanah
Hutanmu semua rebah
Gambutmu berubah wajah
Airmu kering timbul gelisah
Silokmu telah berumah
Warisanmu telah berpindah
Rupiah hanya sekadar singgah
Ampun, Khalifah
zaman telah berubah
bila semua menyebar wabah
jangan kami engkau sumpah
sebab kami terus berbenah
barau barau tercacak gagah
menderas parit menguras sampah
Lanting pun telah berubah
Beting semakin indah
Tugu pun semakin megah
mengundang jiran, meraup rupiah
(Jembatan Kapuas, 93/ 97) LANJUT BEB..
AJENG
I
Sayangku, Ajeng
kepalaku puyeng
Matematika terantuk
Fisika tak masuk masuk
kupikirkan kau semalam suntuk,
II
Sayangku, Ajeng
kemana engkau,
belajarku kacau balau
Bahasa Inggris mendesis
Biologi menipis
yang lekat senyummu, manis
III
Ajeng, sayangku
datang
datanglah, Ajeng
kita belajar bareng
PR menumpuk
sedang mataku ngantuk
IV
Ajeng,
datanglah!
PR menumpuk mataku ngantuk
Besok, Pak Killer masuk
pasti ngamuk
V
Ajeng,
datanglah, Ajeng!
kepalaku tambah puyeng,
Katamu cinta
engkau di mana?
Ptk, 1993 LANJUT BEB..
Sayangku, Ajeng
kepalaku puyeng
Matematika terantuk
Fisika tak masuk masuk
kupikirkan kau semalam suntuk,
II
Sayangku, Ajeng
kemana engkau,
belajarku kacau balau
Bahasa Inggris mendesis
Biologi menipis
yang lekat senyummu, manis
III
Ajeng, sayangku
datang
datanglah, Ajeng
kita belajar bareng
PR menumpuk
sedang mataku ngantuk
IV
Ajeng,
datanglah!
PR menumpuk mataku ngantuk
Besok, Pak Killer masuk
pasti ngamuk
V
Ajeng,
datanglah, Ajeng!
kepalaku tambah puyeng,
Katamu cinta
engkau di mana?
Ptk, 1993 LANJUT BEB..
PIALA
dia datang
mengangkang
mata nyalang
diri bimbang
pijakan mengambang
tangan meregang
diri
dia
bergulat bergelut
cari cara
lumpuhkan lawan
perebutkan piala
jadi juara
ptk, 2/93 LANJUT BEB..
mengangkang
mata nyalang
diri bimbang
pijakan mengambang
tangan meregang
diri
dia
bergulat bergelut
cari cara
lumpuhkan lawan
perebutkan piala
jadi juara
ptk, 2/93 LANJUT BEB..
Langganan:
Postingan (Atom)
E
D
O
Copyright @ 2009
Edo Pradana Prasitha.
All Right Reserved
D
O
Copyright @ 2009
Edo Pradana Prasitha.
All Right Reserved